Sabtu, 28 September 2019

Leksikografi Arab


LEKSIKOGRAFI ARAB
A.      Leksikografi Dalam Linguistik
Dalam studi linguistik umum sering disebutkan bahwa leksikografi adalah salah satu bidang kajian linguistik yang bersifat terapan. Sebagaimana dikatakan dalam kongres AILA (Assocation Internationale de Linguistique) bahwa diantara ruang lingkup linguistik terapan adalah bidang leksikografi.[1] Sebenarnya leksikografi sangat berkaitan dengan semua kajian linguistik, baik yang mikro (fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik) maupun yang makro (sosiolinguistik, antropolinguistik, dialektologi dan lain-lain). Hal ini disebabkan kajian mengenai kosa kata, yang akan disusun menjadi kamus dalam kerja leksikografi, menyangkut semua bidang linguistik. Pengetahuan fonologi dperlukan oleh seorang leksikografer untuk menentukan fonem-fonem bahasa disusun dalam kamusnya. Pengetahuan morfologi diperlukan untuk menentukan bentuk-bentuk yang akan dijadikan tema, berikut sistem penyusunannya. Pengetahuan semantik diperlukan untuk menentukan dan menganalisis satuan-satuan sintaksis dengan benar. Pengetahuan semantik diperlukan untuk menjelaskan makna-makna kata dengan tepat. Dalam hal ini, maka seorang leksikografer harus memahami dan menerapkan konsep makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual dan makna idiomatik dengan benar. 
Leksikografi termasuk bagian dari lingustik, dikarenakan linguistik mengkaji bahasa dari berbagai aspeknya, dan leksikografi termasuk dari bagian dari aspek-aspek bahasa.
B.       Hubungan leksikologi dengan semantik
Dalam kaitannya dengan hubungan antara leksikologi dengan semantik para linguis berbeda pendapat. Perbedaan pendapat itu disebabkan oleh persoalan perhatian pada dua hal dalam semantik, yaitu masalah makna dan problematikanya. Ada tiga pendapat terkenal mengenai hal ini, yaitu:
Pendapat pertama mengemukakan bahwa semantik memiliki dua bidang bahasan. Bidang pertama memperhatikan  dan membahas studi tentang makna-makna lafal, kata pada tataran kamus. Bidang kedua studi tentang lafal, kata, kalimat dan ungkapan pada tataran sosial. Artinya, bahwa kamus itu memfokuskan bahasannya tentang makna-makna umum lafal dan kosa kata yang terdapat didalamnya, dan makna ini terlepas dari apa yang terucap dan yang tertulis. Ia juga kadang-kadang mengabaikan konteks kata dan  kalimat itu. Ketika kamus menjelaskan makna ia tidak memperhatikan lingkungan tertentu, tetapi ia memperhatikan makna yang terkenal/dipakai dalam suatu wilayah yang luas yang dimiliki oleh bahasa itu yang untuk wilayah seluas itulah kamus itu dibuat.
Pendapat kedua mengatakan bahwa studi tentang makna terbagi kedalam  dua bagian: bagian pertama studi makna pada tataran kamus dan bagian kedua studi makna pada tataran nahwu (tata bahasa). Ini adalah pendapat L. Blommfield dan Ullman.
Pendapat ketiga mengatakan bahwa semantik adalah ilmu yang mempelajari makna-makna pada tataran kamus. Artinya bahwa pendapat ini tidak membedakan antara studi makna pada tataran semantik  dan studi makna pada tataran kamus. Dengan kata lain bawa jika dikatakan semantik yang dimaksud adalah studi kamus.

C.      Leksikografi dalam kajian bahasa arab
Kata معجم  berasal dari kata  عجم yang mengandung arti kabur, samar, tidak jelas.[2] Di dalam Lisan al-Arab karangan Ibnu Mandzhur disebutkan الأعجم الذى لا يفصح ولا يبين كلامه   (al-'ajam adalah sesuatu yang tidak dapat menerangkan dan menjelaskan pembicaraannya). Juga disebutkan سميت البهيمة عجماء لأنها لا تتكلم   (Binatang itu dinamakan 'ajmaa'a karena ia tidak dapat berbicara). Orang Arab menyebut negeri non-Arab dengan istilah بلاد العجم  karena bagi mereka bahasa negeri tersebut tidak jelas dan tidak dapat dimengerti.[3] Apabila kata  عجم   tersebut diawali hamzah menjadi أعجم artinya berubah menjadi menghilangkan atau menghapus kekaburan, kesamaran dan ketidak jelasan.[4] Penamaan jenis buku dengan mu'jam mungkin karena kekaburan, kesamaran dan ketidak jelasan telah dihapus atau dihilangkan dalam buku tersebut.
Menurut Ibn Jinny dalam Husain Nashar bahwa ع ج م  sudah ada dalam ungkapan-ungkapan Arab mengenai hal-hal yang belum jelas dan tersembunyi. Kata عُجْمَةُ  yang diambil dari pembicaraan orang-orang Arab saat itu, dan muncul tatkala seorang laki-laki dan perempuan asing (non Arab). Ketika keduanya sedang berbicara, kata-katanya tidak bisa dipahami atau tidak fasih, maka kemudian kata عَجَمِى dan عَجَمٌ sebuah sebutan (لقب) yang diberikan kepada mereka berdua, dan pada periode selanjutnya kata-kata معجم semakin berkembang dan dikenal di berbagai tempat.[5]
Yang pertama kali menggunakan kata mu'jam bukan dari kalangan ahli bahasa, tetapi dari kalangan muhadditsiin (ahli hadits). Karena kitab-kitab yang menghimpun nama sahabat Nabi dan para perawi Hadits berdasarkan urutan huruf alfabet Arab oleh para ahli hadits dinamakan mu'jam. Ibn al-Mutsanna (Abu Ubaidah Ma'mar Ibn al-Mutsanna w. thn. 307 H) telah menyusun kitab Mu'jam al-Shahabat, begitu juga al-Baghawi (Abu al-Qasim 'Abdullah Ibn Muhammad al-Baghawi w.thn. 317H) menyusun kitab Mu'jam al-Hadits.[6] Para ahli linguis sendiri tidak menamakan kitabnya dengan mu'jam, bahkan dengan nama-nama tertentu, seperti nama-nama huruf al-'Ain, al-Hamza, al-Jiim dan binatang, seperti al-Ibil, al-Ghanam, al-Khayl serta nama-nama tertentu lainnya.
Kata قاموس   (kamus) arti sebenarnya adalah lautan ataupun bagian paling dalam dari lautan. Pada zaman sekarang ini buku-buku kamus bukan hanya disebut dengan mu'jam tetapi dinamakan juga kamus. Kata kamus kemudian digunakan secara lebih umum, seperti Kamus Bahasa Arab, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Istilah, Kamus Populer, baik dengan menggunakan satu bahasa (mono-lingual), dua bahasa (bi-lingual) ataupun tiga bahasa (tri-lingual).
     Penamaan pertama kali dengan istilah kamus ini setelah al-Fairuzzabadi (wafat tahun 1206 H) memberikan judul bukunya dengan nama Al-Qamus al-Muhith.[7] Setelah itu, istilah kamus lebih populer dan sering dipergunakan oleh berbagai kalangan yang luas ketimbang istilah mu'jam. Orang lalu menduga bahwa kata قاموس sinonim dengan kata  معجم , sehingga ahirnya setiap buku semodel itu dinamakan juga kamus. Pernah jadi perbincangan orang, apakah kata قاموس sinonim dengan kata  معجم  , tetapi ahirnya diputuskan setelah Lembaga Bahasa Arab di Cairo menerima dan mengakui penggunaan kata قاموس dalam arti معجم .[8]                                                
D.      Sejarah singkat perkamusan bahasa arab
     Para linguis Arab bersepakat bahwa al-Halil Ibn Ahmad al-Farahidi (wafat tahun 175 H)[9] dianggap sebagai perintis penyusunan kamus bahasa Arab.[10] Bukunya 'Kitab al-'Ain' merupakan buku pertama yang membatasi pada kajian lafadz (ucapan) bahasa Arab secara komprehensif dengan menggunakan sistematika yang jelas,[11] dan perkembangan berikutnya disempurnakan oleh generasi berikutnya.
     Tetapi kalau ditelusuri dalam sejarah, Imam al-Halil dengan kitabnya al-'Ain tidak muncul begitu saja tanpa didahului oleh kajian para pemerhati bahasa sebelumnya. Usaha yang dilakukan oleh Ibnu Abbas dalam menjelaskan lafadz al-Qur'an dianggap sebagai peletak dasar bagi penyusunan kamus. Penjelasan Ibnu Abbas ini dikumpulkan dalam bentuk buku berjudul 'al-Lughat fi al-Qur'an' melalui jalur periwayatan Ibnu Hasnun al-Muqari'. Buku ini disusun dan disandarkan (bersumber) dari penjelasan Ibnu Abbas.[12]
     Begitu pula Ibnu Abbas menjelaskan makna lafadz al-Qur'an yang asing dan sulit dipahami (gharib al-Qur'an) sebagai jawaban yang ditanyakan kepadanya telah dihimpun oleh para ulama. Salah satunya terdapat pada kitab 'al-Itqan' karya as-Suyuthi.[13] Usaha yang dilakukan Ibnu Abbas tersebut men-insipirasi ahli linguis Arab untuk menyusun kamus.
     Kemudian usaha untuk menghimpun bahasa Arab dari penutur asli berlanjut lebih giat lagi dilakukan oleh para linguis berikutnya. Pada ahir abad kesatu sampai ahir abad kedua, pola penghimpunan bahasa Arab dengan cara pergi ke pedalaman (masyarakat Badui) dan mereka melakukan usaha penulisan (pembukuan) terhadap apa yang mereka dengar langsung dari masyarakat Badui.[14] Tetapi cara pembukuan tulisan tidak menurut aturan tertentu, melainkan mereka menulis apa yang mereka dengar. Diantara kitab yang penting dengan model penyusunan seperti ini adalah kitab 'al-Nawadir fi al-Lughah' karya Abi Zaid al-Anshory Sa'id Ibn Ars (wafat tahun 215H).[15]
     Pola berikutnya sebagai pengembangan sebagai pengembangan dari pola yang pertama, para linguis mulai mengelompokkan lafadz bahasa Arab kedalam tema-tema (judul) tertentu, seperti penciptaan manusia, unta, kambing, pepohonan, tumbuhan dan seterusnya. Mereka himpun dalam bentuk al-risalah (makalah) yang terlepas satu dengan lainnya. Buku yang lahir dengan pola seperti ini, salah satunya adalah 'Kitab al-Hamza' karya Abi Zaid al-Anshory. Kitab ini menghimpun ucapan-ucapan yang disusun secara urutan huruf dengan huruf ahir adalah huruf hamzah, terdiri dari 28 bab. Tiap bab menggunakan judul huruf, tetapi urutan huruf yang dipakai tidak teratur tidak sesuai dengan susunan huruf hijaiyyah yang kita kenal. Seperti bab al-Dal dibahas setelah bab al-Zai, bab al-Zai setelah bab al-Ba'.[16]
     Pembentukan mu'jam (kamus) yang lebih komprehensif adalah yang dilakukan oleh al-Halil. Al-Halil menggunakan pola pengumpulan lafadz dengan memberikan keterangan terhadap lafadz tersebut. Mu'jam dibagi kedalam bab-bab sebanyak jumlah huruf, yaitu 27 bab. Susunan huruf menurut maharij al-huruf, dimulai dari aqsha al-halq, yaitu kumpulan huruf ع , ح, هـ , خ, dan غ dan berahir huruf hawiyah, yaitu kumpulan huruf  و, ا  dan ى.[17] Al-'Ain karya Imam al-Halil ini mendorong kajian ilmiah terhadap bahasa Arab. Penulisan mu'jam berikutnya banyak mempola seperti yang dilakukan oleh al-Halil dengan beberapa perubahan penyusunan entri dan lebih disempurnakan.
E.       Awal mula dan pertumbuhan leksikografi bahasa arab
1)    Fase Pertama
Fase pertama perkembangan kamus Bahasa Arab bermula sejak akhir abad pertama sampai akhir abad kedua Hijriyah. Jadi fase pertama ini berjalan satu abad penuh. Pada fase ini, kamus-kamus yang muncul umumnya berupa pembukuan kata-kata orang Arab pedalaman tanpa ada sistematika tertentu. Seseorang yang mendengar kata-kata dari orang Arab pedalaman langsung membukukan semua apa yang ia dengar.
Kamus yang muncul di fase ini antara lain: al-Nawadir fi al-Lughat karya Abu Zayd al-Anshari. Abu Zayd termasuk ulama bahasa dari golongan Basroh. Dalam kamusnya, ia memasukkan nash-nash syi’ir, natsar dan kata-kata gharib yang kemudian diberi penjelasan, namun ia tidak secara teratur menggunakan aturan tertentu dalam menuliskan mufradat ataupun nash-nash yang ia jadikan entry.
2)      Fase Kedua
Pada fase kedua ini, penulisan entry-entry kamus sudah dilakukan pada beberapa catatan-catatan kecil yang tersebar dan terpisah-pisah tetapi masing-masing catatan sudah berupa kumpulan mufradat-mufradat dalam tema-tema atau kriteria-kriteria tertentu berdasarkan keterikatan dan keterkaitan kata-kata tertentu. Contoh kamus yang muncul pada fase kedua ini antara lain: catatan-catatan tentang manusia, unta, domba, kuda, pepohonan, tumbuh-tumbuhan, musim-musim dan air. Demikian pula ada kamus-kamus yng disusun berdasarkan lafadh-lafadh yang mempunyai kesamaan huruf, seperti Kitab al-Hamz, Kitab al-Jiem, Kitab al-Laam dan lainnya.
Dari kamus-kamus yang disebutkan di atas, yang bisa kita temukan sekarang tinggal Kitab al-Hamz karya Abu Zayd al-Anshari. Dalam kamus ini dituliskan kata-kata yang berakhiran dengan huruf hamzah yang disusun dalam dua puluh delapan bab sesuai dengan huruf awal kalimat, hanya saja tidak diurutkan seperti urutan abjadi yang kita kenal sekarang. Jadi urutan bab hurufnya tidak runtut, seperti bab Dal diletakkan setelah bab Zay. Bab Zay setelah bab Ba’ dan seterusnya.
Seperti kita ketahui, Ibnu Abbas r.a. (w.68 H) adalah orang pertama yang konsen dengan lafadh-lafadh gharib dalam al-Qur’an yang kemudian diikuti oleh para ulama-ulama sesudahnya. Pada fase kedua ini, para ulama mencoba menyusun entry-entry kamus berdasarkan tema-tema tertentu dan aturan-aturan tertentu. Seperti dilakukan al-Khalil bin Ahmad (w.170 H) yang berusaha menyusun kamus bahasa Arab yang komplit dalam karya berjudul “al-‘Ayn”. Sejak saat inilah dimulai fase ketiga perkembangan penulisan kamus bahasa Arab.
3)      Fase Ketiga
Fase ketiga perkembangan penyusuan kamus dan mu’jam bahasa Arab termanisfestasikan dalam usaha para ulama yang mencoba menyusun kamus dan mu’jam yang menyeluruh. Seperti kita ketahui, bahwa al-Khalil bin Ahmad telah memulai fase ini dengan melahirkan karnyanya “al-‘Ayn”.
Penyusunan kamus dan mu’jam bahasa Arab bermula sejak abad kedua hijiryah dan terus berlanjut sampai masa kita sekarang. Kamus-kamus dan mu’jam-mu’jam bahasa Arab mempunyai ciri khusus yang bisa kita kategorikan ke dalam gaya-gaya penyusunan kamus atau dalam literatur arab disebut dengan al-madaaris al-mu’jamiyyah. Berikut ini uraiannya secara ringkas[18]:
1.    Gaya penyususan kamus pertama yang diwakili oleh “Mu’jam al-‘Ayn” karya al-Khalil bin Ahmad (w.170) dan ulama-ulama lainnya seperti: Abu ‘Ali al-Qali (w.3560) dengan kamusnya “al-Baari’, al-Azhari (w.370) dengan kamusnya “al-Tahdzib”, Ibn Ibad (w.385) dengan kamusnya “al-Muhit” dan Ibn Sidah al-Andalusi dengan kamusnya “al-Muhkam”.
2.    Gaya penyusunan kamus kedua. Setelah al-Khalil dkk mengeluarkan karya mu’jamnya, maka ulama-ulama setelah al-Khalil berusaha untuk juga melahirkan karya kamus yang tanpa cacat dan lebih mudah digunakan. Karya kamus yang masuk dalam kriteria gaya penyusuan kedua ini antara lain: “Mu’jam al-Jamharah fi al-Lughah” karya Ibn Durayd al-Azdi (w.321 H), “Mu’jam Maqayis al-Lughah” dan “al-Mujmal” karya Ahmad bin Faris (w.395) atau biasa dikenal dengan nama Ibn Faris (guru Ibn Jinni).
3.    Kamus-kamus dan mu’jam-mu’jam yang masuk kategori gaya penyususan model ketiga antara lain: “al-Shihah” karya Abu Nashr Ismail bin Hammad al-Jawhary (w.393), “al-‘Ubab” karya al-Hasan bin Muhammad al-Shaghany (w.650)[19], “Lisan al-‘Arab” karya Ibn Mandhur Abu al-Fadl Jamaluddin Muhammad bin Mukrim al-Mishry (w.711), “al-Qamus al-Muhith” karya Abu Thahir Majduddin Muhammad bin Ya’qub al-Fairuz Abady (w. 817), “Taj al-‘Arus fi Jawahir al-Qamus”[20] karya Abu al-Faydl Muhibuddin Muhammad bin Muhammad Murtadla al-Husayni al-Zubaydi (w.1205), dan “Kitab al-Mi’yar” karya Mirza Muhammad Ali al-Syairazi. Keistimewaan gaya penyusunan kamus model ketiga ini adalah urutan entrinya yang berdasarkan huruf akhir dari huruf asli masing-masing mufradat. Hal ini mungkin dimaksudkan untuk membantu para sastrawan dan penyair dalam membuat syair-syair dan sajak-sajak mereka.
4.    Kamus-kamus dan mu’jam-mu’jam yang masuk kategori gaya penyususan model keempat yang untuk pertama kali ditandai dengan munculnya "Mu'jam Asal al-Balaghah" karya al-Zamakhsyari (w.538). Kemudian disusul oleh "Mu'jam  al-Mishbah al-Munir" karya Ahmad bin Muhammad al-Fayumi (w.770).[21] yang selesai disusun pada tahun 734 H. Setelah al-Zamakhsari dan al-Fayumi, penyusunan kamus mengalami kemandegan selama sekitar tujuh abad. Setelah al-Zamakhsyari wafat, kamus bahasa pertama yang muncul seperti gaya kamus al-Zamakhsyari adalah "Mukhit al-Mukhit" karya Petrus al-Bustani (w.1300 H) yang masuk dalam kategori kamus modern.
5.    Kamus-kamus dan mu'jam-mu'jam modern, yang masuk dalam kategori ini yaitu:
a.         Kamus-kamus yang disusun oleh orang-orang Kristen seperti "Muhit al-Muhit"[22] karya Petrus al-Bustani (w.1300 H) yang kemudian diringkas dalam "Qathr al-Muhit", "Aqrab al-Mawarid fi Fushuh al-'Arabiyyah wa al-Syawarid" karya Sa'id al-Khuri al-Syartuni (w.1330 H), "Mu'jam al-Thalib"[23] karya Jirjis Hammam al-Syuwairi, "al-Munjid" karya Lois Makluf,[24] "Mu'jam al-Mu'tamad" karya George Syahin 'Athiyyah yang mengikuti pola Petrus al-Bustani dan dicetak pada tahun 1927 M, "al-Bustan"[25] karya Abdullah al-Bustani yang dicetak pada tahun 1930 M dan kemudian diringkas oleh penulisnya sendiri dan diberi judul "Fakihah al-Bustan".
b.         Kamus dan mu'jam yang disusun dan diterbitkan oleh pusat-pusat bahasa Arab seperti "Matn al-Lughah al-'Arabiyyah"[26] karya Syekh Ahmad Ridla yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Arab di Damaskus,[27] "al-Mu'jam al-Washit"[28] yang disusun dan diterbitkan oleh Pusat Bahasa Arab di Kairo Mesir[29] pada tahun 1960 M, "al-Mu'jam al-Kabir" yang juga disusun dan diterbitkan oleh Pusat Bahasa Arab di Kairo.
c.         Kamus dan mu'jam yang disusun dan diterbitkan untuk tujuan pendidikan, seperti "al-Mu'jam al-Madrasi" disusun oleh Prof. Muhammad Khayr Abu Harb dan diterbitkan oleh Departemen Pendidikan di Damaskus pada tahun 1985 M.
d.        Kamus-kamus lainnya yang disusun dan diterbitkan di negara-negara non-Arab, seperti di Malaysia, Indonesia, Eropa, Amerika dll.

F.       Aliran-aliran dalam leksikografi bahasa arab
Kamus dapat dilihat dari dua tinjauan. Pertama, ditinjau dari sisi bahasa, kedua, ditinjau dari segi sistematika penulisan.
A.                Ditinjau dari segi bahasa, Dr. Hazim Ali Kamaluddin membagi kepada :
1)   Kamus monolingual (المعاجم الأحادية  (yaitu kamus  yang matan dan syarahnya dalam satu bahasa. Contohnya kamus :
-       Lisan al ‘Arab karya Ibn Mandzur
-       Al’Ain karya Al-Khalil ibn Ahmad
-       Al-Shihah karya al-Jauhari
-       Al-Jamharah karya Ibn Duraid.
2)   Kamus bilingual (المعاجم الثنائية (, yaitu kamus yang menggunakan dua bahasa, salahsatunya bahasa matan dan yang lainnya adalah bahasa syarah. Bahasa matan dan syarah dalam kamus ini memiliki pemaknaan yang seimbang Tujuan dari kamus jenis ini adalah agar pemilik bahasa syarah mengetahui makna kalimat yang ada dalam bahasa matan. Kamus ini juga sering diistilahkan kamus terjemah.
Contoh kamis jenis ini :
-       Al-Maurid, yaitu kamus Inggris –Arab karya Munir al-Ba’labaki. Bahasa Inggris dalam kamus ini sebagai matan dan bahasa Arab sebagi syarah.
-       Al-Mu’jam al-‘Ibry al-Injilizy li Alfadz al-‘Ahd al-Qadim, (A Hebrew and English lexicon of The old). Bahasa ‘Ibriyah dalam kamus ini sebagai bahasa matan, dan bahasa Inggris sebagai bahasa Syarah.
-       Kamus Qujuman, yaitu kamus ‘Ibriyah-Arab. Bahasa ‘Ibriyah sebagi matan dan bahasa Arab sebagai syarah.
3)   Kamus Multilingual  (المعاجم المتعددة اللغات ), yaitu kamus yang menggunakan lebih dari dua bahasa. Kamus jenis ini terbagi dua yaitu :
1.         المعجم التقابلي , yaitu jenis kamus yang menggunakan lebih dari dua bahasa dimana bahasa-bahasa tersebut tidak memiliki kekerabatan. Salah satunya sebagai bahasa matan dan yang lainnya sebagai bahasa syarah. Urutan kata-kata dalam kamus disesuaikan dengan bahasa matan. Contoh kamus ini :
-     Dalam bahasa inggris : Vocabularies.
-     Dalam bahasa Suryani : kamus Contaz (Suryani-Arab-Inggris-Prancis)
-     Kamus Syiria-Inggris-Prancis-Arab.
-     Kamus Inggris-Arab-Persia-turki-Armenia-Kurdi-Syiria.
2.         المعجم المقارنة, yaitu jenis kamus yang menggunakan lebih dari dua bahasa yang saling memiliki kekerabatan. Salahsatu bahasa dalam kamus ini menempati posisi bahasa matan yang berfungsi sebagi pengurut entri kata dan yang lainnya bukan sebagai bahasa syarah. Kata-kata dalam kamus ini memiliki dasar istiqaq dan makna yang sama, dan bertemu dalam satu medan makna. Contoh jenis kamus ini : Mujam mufradat al-Musytarak al-Syamy, karya Dr. Hazim Ali Kamaluddin. Bahasa Arab dalam kamus ini diposisikan sebagai bahasa matan yang jadi pedoman entri kata-kata.  Kata-kata bahasa lain bukan sebagai bahasa syarah. Hai ini dikarenakan kata-kata diantara bahasa-bahasa tersebut tidak ada perbedaan.
Agar memudahkan pemahaman kita berikut ini disajikan contoh perbandingan kata dalam rumpun bahasa Semit.
- Bahasa Arab              : adam (ادام )       , sajada (سجد )
- Bahasa Habsy           : adam                , sajada        
- Bahasa Ibrani            : adam                , sajad
- Bahasa Suryani         : adam                , sjad
Jika kita perhatikan kata-kata yang musytarak di atas berasal dari akar kata yang sama. Adam berasal dari akar kata “Hamzah” “dal” dan “mim”, artinya juga sama. Demikian pula kata “sajada” berasal dari akar kata “sin”, “jim” dan “dal”.
Jadi bisa disimpulkan bahwa kata-kata dalam al-Mu’jam al-Muqaran adanya kesamaan dalam akar kata dan makna. [30]
B.                 Kamus ditinjau dari sistematika penulisannya.
Jika ditinjau dari sistematika penulisannya, maka kamus dapat dibagi kepada dua jenis. Pertama mu’jam al-alfadz (kata). Dua mu’jam al-ma’na atau mujam al-Maudlu’i (Tematik) [31].
1.    Kamus kata (معاجم الألفاظ ).
Sistem pengurutan huruf-huruf alfabet Arab untuk menyusun Kamus Kata dapat dilihat sebagai berikut :[32]
a.     penyusunan materi kamus melalui tehnik rolling. Tehnik ini terbagi dua yaitu :
1)    Sesuai dengan makharijul huruf seperti yang dilkukan oleh Al-Khalil ibn Ahmad al-Farahidi dalam kamusnya Al-‘Ain. Al-Azhari dalam kamusnya Al-Tahdzib. Tehnik penyusunannya dimulai dari huruf yang berasal dari halaq (tenggorokan) terdalam sampai ke bibir. Jadi susunannya adalah :
ع- هـ - خ / ق- ك/ ج- ش- ض/ ص- س- ز/ ط- د- ت/ ظ- ذ- ث/ر- ل- ن/ ف- ب- م/ و- ا- ي[33]
Kamus-kamus yang termasuk kelompok ini adalah :
§  Kitab Al-‘Ain, disusun oleh Al-Khalil ibn Ahmad al-Farahidi (wafat di bashrah tahun 170 H/786 M).
§  Kamus Al-Bari’ disusun oleh Abu ‘Ali al-Baghdadi (wafat di kordova tahun 356 H/ 967 M).
§  Kamus Tahdzib al-Lughat, disusun oleh Abu manshur Muhammad ibn Ahmad al-azhari, (wafat di Khurasan tahun 370 H/ 981 M).
§  Kamus Al-Muhith, disusun oleh Al-Shihab ibn ‘Abbad, (wafat di Al-Rayy tahun 385 H/ 995 M).
§  Kamus Al-Muhkam wa al-Muhith al-A’dzam, disusun oleh Abu al-Hasan ‘Ali ibn Isma’il al-Andalusi yang dikenal dengan nama Ibn Siddah (wafat di Daniyat tahun 458 H/ 1066 M).[34]  
2)    Sesuai dengan susunan abjad biasa (ا- ب- ث... ) susunan Nashr ibn ‘Ashim,  Sistem ini megambil dua bentuk :
a).   urutan kata menurut huruf pertama dengan melepaskan huruf tambahan.
b)    urutan kata menurut huruf pertama dengan tidak melepaskan huruf tambahan.[35]
Kamus-kamus yang tergolong jenis ini adalah :
§  Kamus Al-Jamharat, disusun oleh Abu Bakar Muhammad ibn  Hasan Ibn Duraid, (wafat di Baghdad tahun 321 H/ 933 M).
§  Kamus Al-Huruf, disusun oleh Abu ‘Amru Ishaq al-Syaibani (wafat di Baghdad tahun 206 H/ 821 M).
§  Kamus Al-Mujmal dan kamus Al-Maqayis, kedua-duanya disusun oleh Abu Husein Ahmad ibn Faris ibn Zakariya al-Qazwaini, (wafat di al-Rayy tahun 395 H/1004 M).
§  Kamus Asas al-Balaghah, disusun oleh Mahmud ibn ‘Umar ibn Ahmad al-Khawarizmi al-Zamakhsyari, (wafat di Khurasan tahun 538 H/ 1144 M).
§  Kamus Al-Mishbah al-Munir, disusun oleh Ahmad ibn Muhammad ibn ‘Ali al-Fayyumi. (wafat tahun 770 H/ 1368 M).[36]
b.   Penyusunan  kamus dengan  huruf akhir  sebuah kata. Pelopor tehnik ini adalah Abu Ibrahim Ishaq ibn Ibrahim al-Farabi (w. 350 H) dalam kamusnya Diwan al-Adab.
      Yang tergolong kamus jenis ini adalah :
Ø  Kamus Diwan al-Adab, disusun oleh Ibrahim ibn Ishaq al-Farabi, (wafat di Zabid tahun 350 H/ 961 M).
Ø  Kamus Al-Shihah, disusun oleh Abu Nashr Isma’il ibn Hamad al-Farabi, (wafat di Nisabur tahun 393 H/ 1003 M).
Ø  Kamus Al-‘Ubab, disusun oleh Al-Hasan ibn Muhammad ibn Hasan al-Shaghani, (wafat di Baghdad tahun 680 H/ 1281 M).
Ø  Kamus Lisan al-‘Arab, disusun oleh Ibn Mandzur jamaluddin al-Anshari, (wafat di Kairo tahun 711 H/1311 M).
Ø  Al-Qamus al-Muhith, disusun oleh Abu Thahir Muhammad ibn Ya’qub Mujiddin al-Fairuzzabadi, (wafat di Zabid tahun 817 H/ 1415 M).
Ø  Kamus Ta al-‘Arus, disusun oleh Al-Sayyid Murtadha al-Zabidi, (wafat tahun 1206 H/1791 M).[37]
c.     Penyusunan berdasarkan susunan alphabet biasa, tanpa memperdulikan apakah kata tersebut asal atau sudah ada tambahan. Pelopor tehnik ini adalah Abu Halal al-‘Askari. (w. 395 H).
      Kamus yang termasuk kelompok ini adalah :
Ø  Mu’jam fi Baqiyat al-Asya’a, susunan Abu Halal al-Hasan ibn ‘Abdullah ibn Sahal  al-‘Askari (wafat tahun 395 H).
Ø  Kamus Al-Munjid fi al-Lughah, disusun oleh Abu al-Hasan ‘Ali ibn al-Hasan al-Huna’i atau lebih dikenal dengan nama Kuraa’ al-Naml, (wafat 310 H).
Ø  Qamus al-Qur’an, disusun oleh Al-Husein ibn Muhammad al-Damighani.
Ø  Kamus Al-Murshi’, disusun oleh Abu Sa’adat Mujiddin al-Mubarrak ibn Muhammad ‘Abd al-karim ibn al-Atsir.(wafat tahun 606 H).
Ø  Kamus Al-Hadlarah, disusun oleh ‘Abd Kafi Namiq, (wafat tahun 191 H).
Ø  Kamus-kamus masa modern seperti Al-Marja’, disusun oleh Al-Syaikh ‘Abdullah al-‘Alayili, diterbitkan di Bairut tahun 1963. Kamus Al-Ra’id, disusun oleh Jibrani Mas’ud. Diterbitkan di Bairut tahun 1965.  Kamus Al-Munjid al-Abjadi,yang merupakan kamus hasil menyeleksi kata-kata yang tidak digunakan  dari kamus Al-Munjid karya Lois ma’luf.[38]
            2. Kamus Makna (معاجم المعاني )
Kamus ini juga disebut sebagai Mu’jam Maudhu’I atau kamus tematik. Kamus ini membahas sisi-sisi makna kata sesuai dengan sejarahnya dan logika.[39] 
Pada awalnya bentuk kamus jenis ini berupa satu risalah mengenai satu konsepsi. Tokoh pertama pada abad dua Hijriyah misalnya Abu Malik ibn Karkarat yang menyusun tentang Khalqu al-Insan (ahlak manusia), Al-Khail (kuda). Abu Khairat al-‘arabi, guru Al-Khalil ibn Ahmad al-Farahidi,[40] yang menyusun kamus tentang Al-Hasyarat (serangga).
Pada abad ketiga bentuk pertama masih dianut orang, namun lahir pula bentuk lain yang tidak hanya memuat satu konsepsi tetapi banyak konsepsi. Al-Silah (senjata) susunan Al-Nadlr ibn Syumayyil.(w. 204 H) Al-Nahlah (pohon kurma), Al-Ibil (unta), dan kamus Al-Insan (manusia) susunan Abu ‘Amr al-Syaibani (w. 206 H). Kamus Al-Insan (manusia), dan Al-Ruz (tanaman) sususan Abu Ubaidah, kemudian kamus Asma’ al-Khail (nama-nama kuda), kamus Al-Bi’r (sumur) dan kamus Al-Dar’a (baju baja) susunan Ibn al-‘Arabi (w. 232 H).
Bentuk kedua diantaranya kamus Al-Sifaat (sifat-sifat) susunan al-Nadr ibn Syumayyil, kamus Al-Gharib al-Mushannaf, susunan ‘Ubaid al-Qasim ‘Abd al-Salam (w. 224 H), dan kamus Al-Alfadz susunan Ibn al-Sikkit (w. 244 H). [41]
Pada abad keempat Hijriyah kedua bentuk tersebut masih tetap berlaku dan muncullah karangan Ibn Duraid mengenai Al-Sarj wa al-Liham (pelana dan kendali) dan Al-Mathar wa al-Sahab (hujan dan awan), karangan Abu ‘Ali al-Qali mengenai  Al-Ibil (unta). Sedangkan karangan Kura’ al-naml (w. 309 H) berjudul Al-Munjid, karangan Al-Hamadzani yakni ‘Abd al-Rahman ibn ‘Isa al-Hamadzani (w. 320 H) berjudul Al-Alfadz al-Kitabiyah.
Pada abad kelima Hijriyah tinggal hanya bentuk kedua berupa Mabadi’ al-lughah karangan Al-Iskafi (w. 421 H), fiqh al-Lughah wa sirr al-‘Arabiyah karangan Al-Tsa’alibi (w. 429 H), dan Al-Mukhashas karangan Ibn Sidah (w. 458 H).[42] 
Dari karangan-karangan yang telah disebutkan di atas pada dasarnya dapat digolongkan pada dua kelompok jenis kajian.
1.         kajian makna yang disusun berdasarkan tema-tema.
2.         kajian  makna secara umum yang disusun dalam bentuk kamus berisi makna kata-kata yang ditemukan dalam bahasa arab, baik yang berprekwensi tinggi dalam pemakaian, maupun yang tidak. [43]  
Dalam menyusun kamus ini Dr. Husein Nashar menekankan perlunya memperhatikan aturan berikut ini :
1.      Harus senantiasa menjelaskan makna asal kata yang memiliki banyak makna.
2.      Harus menampilkan makna umum lebih dahulu dari makna khusus, makna kongkrit dari makna abstrak, makna hakiki dari makna majazi, selaras dengan perkembangan pemikiran manusia, harus menguasai ilmu majaz, menguasai ilmu sinonim, mengetahui antonim, sedapat mungkin menguasai secara mendalam  setiap makhluk hidup, binatang, benda-benda kongkrit, secara general dan detail.[44]
G.      Fungsi kamus    
Kamus merupakan buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian dan terjemahannya. Berbeda dengan kamus, sebuah acuan yang memberikan uraian tentang berbagai cabang ilmu atau bidang ilmu tertentu dalam artikel-artikel terpisah, maka disebut ensiklopedi, sedangkan bila kata-kata tersebut tidak disusun secara alfabetis melainkan disusun atas dasar pengelompokan hiponim, sinonim dan antonim, maka disebut tesaurus.[45]
Berdasarkan pernyataan di atas kita dapat mengetahui bahwa fungsi kamus adalah membantu para pemakai untuk mengenal kata-kata baru berikut maknanya. Selain menerangkan makna kata, kamus juga memuat cara-cara mengucapkan kata tersebut, menerangkan asal kata serta memberikan contoh-contoh  penggunaannya dalam masyarakat. Sebagaimana dikatakan pula oleh Samuel Johnson, Bapak leksikografi Inggris, Penyusun Dictionary of the English Language (1755 ), bahwa fungsi kamus adalah memelihara kemurnian bahasa. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Noah Webster, bapak leksikografi Amerika, penyusun An American Dictionary of The English Language (1882). Sedangkan Dr. Hamid Shadik Qatibi memandang kata  kamus merupakan sinonim dari kata mu’jam dan memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
1.      Menemukan makna sebuah kata
2.      Menetapkan palafalan dan cara pengucapan
3.      Menetapkan ejaan
4.      Menelusuri asal asul sebuah kata
5.      Membedakan antara kata yang tak lazim dan tak terpakai serta menjelaskan kata-kata yang murni dan serapan
6.      Mengetahui sinonim dan antonim
7.      Penggunaan kata-kata sastra dan peribahasa
8.      Pengetahuan yang bersifat ensiklopedis[46]
Sama halnya dengan pendapat Qatibi tentang fungsi kamus diatas adalah pendapat Mukhtar Umar yang menyebutkan juga bahwa fungsi kamus yaitu untuk menerangkan cara menulis kata, labih-lebih bila huruf alfabet yang ditulis tidak mewakili sepenuhnya suara yang dilafalkan, disamping untuk menentukan fungsi morfologis sebuah kata dan penentuan stress (tekanan) saat pelafalan.[47]
H.            Macam-macam kamus bahasa arab
Secara umum sebagaimana telah dijelaskan dalam aliran-aliran dalam leksikografi, macam-macam kamus dapat dilihat dari beberapa segi antara lain: 1) ruang lingkup isinya, 2) penggunaan bahasanya, 3) sifatnya,  4) ukurannya, dan 5) ciri khususnya.
            Berdasarkan ruang lingkup isinya, kamus terbagi menjadi kamus umum dan kamus khusus. Yang dimaksud kamus umum adalah kamus yang memuat segala macam topik yang ada dalam sebuah bahasa. Bila kamus itu hanya memuat kata-kata dari suatu bidang tertentu, maka kamus itu disebut kamus khusus. Yang termasuk kedalam jenis kamus khusus ini anatar lain: 1) kamus istilah, yakni kamus yang menjelaskan istilah-istilah khusus dalam bidang tertentu, 2) kamus etimologi, yakni kamus yang menerangkan asal usul suatu kata maksud dasarnya, 3) kamus peribahasa, yakni kamus yang menerangkan maksud suatu peribahasa, 4) kamus kata nama khas, yakni kamus yang hanya menyimpan kata nama khas ( nama tempat, nama tokoh, nama institusi dll).
            Berdasarkan sifatnya, kamus terbagi kedalam kamus standar dan kamus non-standar. Kamus standar merupakan kamus yang diakui dan memuat kata-kata yang standar dalam suatu bahasa. Dan sebaliknya bila kata-kata yang terdapat dalam kamus bukan termasuk kata-kata standar, maka disebut kamus non-standar[48]
Berdasarkan penggunaan bahasanya, kamus terbagi kedalam kamus ekabahasa, kamus dwibahasa dan kamus aneka bahasa (multi bahasa). Kamus ekabahasa adalah kamus yang hanya menggunakan satu bahasa. Kata-kata ( entri ) yang dijelaskan dan penjelasannya terdiri dari bahasa yang sama. Kamus dwibahasa merupakan kamus yang menggunakan dua bahasa, yakni kata masukan yang ada dalam kamus diberi padanan atau maknanya dalam bahasa lain. Sedang kamus aneka bahasa itu sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau lebih.
Berdasarkan ukurannya, kamus terbagi kedalam kamus mini, kamus kecil dan kamus besar. Kamus mini disebut juga dengan kamus saku, karena bentuknya yang kecil dan bisa disimpan dalam saku, biasanya tebalnya kurang dari 2 cm. Kamus kecil memiliki ukuran yang tidak besar, tetapi lebih besar dari kamus saku, kamus ini memiliki sifat bisa dibawah kemana-mana. Sedangkan kamus besar dapat memuat segala leksikal yang terdapat dalam suatu bahasa, setiap kata dijelaskan maksudnya secara lengkap, biasanya ukurannya besar dan sulit untuk dibawa kemana-mana.[49]
Dr. ‘Athif Madkur menyebutkan jenis-jenis kamus bahasa Arab berdasarkan materi pembahasannya kedalam lingkup berikut:
  1. Kamus umum;
2.      قوائم المفردات (Glossarry);
3.      المعجمات المفهرسة (Concordances);
4.      المعجمات السياقية (Contextual Dictionories);
5.      معجمات المراحل (Period Dictionories);
6.      المعجمات الاشتقاقية (Etymological Dictionories);
7.      معجمات المترادف (Dictionories of Syinonyms);
8.      معجمات المعاني (The Conceptual Dictionories);
9.      معجمات المعاني (Pronunciation Dictionories);
10.  معجمات الصطلحات (Term Dictionories); dan
11.  معجمات الألفاظ الأساسية. [50] 



[1] Mansoer Pateda, Linguistik Terapan hal 28
[2] Lihat Muhammad Husain Ali Yasin, al-Dirasaat al-Lughawiyah 'Inda al-Arab, (Bairut: Dar Maktabat al-Hayat, 1980), hal. 219
[3]  Ibnu al-Mundzir, Lisan al-Arab,
[4]  Ibid..
[5] Husain Nashar. المعجم العربي نشأته وتطوره: Cairo: Dâr-Mishra, 1968, hal. 6
[6]  A. Akrom Malibarry, Kamus al-Munjid; Telaah Kritis atas Bagian Kedua : al-'Alm, Tesis Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 1999, hal. 10
[7]   Ibid., hal 11
[8]  Ibid..
[9]  Al-Halil Ibn Ahmad al-Farahidi lahir di Amman pada tahun 100 H. Dia pindah ke Basrah ketika menginjak masa muda. Dia belajar pada ulama besar Basrah seperti Abi Umar Ibn al-'Ala, Isa Ibn Amr dll hingga dia menjadi ulama besar pada bidang lughah (linguistic) Basrah. Murid-murid beliau diantaranya; Sibawaih, Kasa'i, Nadhar Ibn Syamil, Muarrij as-Sudusi dan Ashmu'i.
[10]  Lihat Muhammad Husain Ali Yasin, al-Dirasaat al-Lughawiyah 'Inda al-Arab, (Bairut: Dar Maktabat al-Hayat, 1980), hal. 87 dan Mahmud Fahmi Hijazi, Ilm al-Lughah al-Arabiyah, (Cairo: Dar al-Gharib, tt), hal. 99.
[11]  Mahmud Fahmi Hijazi, Ibid..
[12]  Ibid., hal. 167
[13]  Muhammad Ali Sulthani, at-Tadzkirah ...., hal. 6
[14]  Ibid., hal. 10
[15]  Ibid..
[16]  Ibid..
[17]  Ibid., hal. 18
[18] Uraian lebih detail tentang hal ini akan dipaparkan oleh pemakalah berikutnya.
[19] Beliau meninggal di Baghdad dan dikuburkan di Makkah al-Mukarramah.
[20] Buku ini merupakan syarah dari al-Qamus al-Muhith karya Fairuz Abadi.
[21]  Beliau adalah pendatang di kota Hamah Irak dan menjadi khotib masjid jami al-Dahsyah di kota tersebut.
[22]  Kamus ini dicetak pada tahun 1870 dan termasuk kamus modern pertama yang memuat banyak mufradat-mufradal 'amiyah, istilah-istilah kristiani dan entry-entry non-bahasa Arab. Menurut Dr. Muhammad Ali Sulthani dalam al-Tadzkirah fi al-Ma'ajim al-'Arabiyyah, Petrus al-Bustani bukanlah orang yang mumpuni dalam bahasa Arab. Hal ini diperkuat oleh tulisan Prof. Abdul Lathif al-Taybawi yang dimuat majalah "Maj'ma' Lughah al-'Arabiyyah" yang terbit di Damaskus, dan tulisan Dr. Mazin al-Mubarak dalam bukunya "Nahw wa'y Lughawi". Masih menurut Dr. Muhammad Ali Sulthani, Petrus telah membuka kran bagi orang-orang sesudahnya untuk leluasa menggunakan bahasa 'amiyah dan membelokkan tafsiran bahasa mereka ke arah keyakinan kristiani dan keluar dari tujuan dasar penyusunan sebuah mu'jam. (lihat: Dr. Muhammad Ali Sulthani dalam al-Tadzkirah fi al-Ma'ajim al-'Arabiyyah, hlm. 70)
[23]  Kamus ini  termasuk kamus yang dicela dan tidak digunakan di Mesir.
[24] Kamus ini terkenal dan banyak digunakan di Indonesia, tetapi banyak dikritik oleh ulama-ulama Arab karena Lois Makluf dianggap tidak berpegang pada referensi yang dapat dipercaya dalam menyusunnya. Lois Makluf juga dianggap tidak bisa dipercaya kompetensi kebahasaannya disamping banyak memasukkan entry-entry muwallad, 'amiyyah dan kosa kata kristiani.
[25]  Kamus ini menjadikan "Muhit al-Muhit" sebagai rujukan utama dan mengambil beberapa entry dari "Taj al-'Arus".
[26]  Kamus ini selesai disusun pada tahun 1947 M dan baru diterbitkan pada tahun 1958, lima tahun setelah penyusunnya meninggal dunia.
[27]  Pusat bahasa ini merupakan Pusat Bahasa Arab Pertama sehingga mu'jam yang diterbitkannya juga merupakan mu'jam pertama yang diterbitkan oleh pusat bahasa Arab.
[28]  Entry mu'jam ini sekitar 30.000 entry yang disusun secara alfabetis (abjadi) sesuai huruf awal masing-masing entry. Jumlah halamannya lebih dari 1000 halaman yang dicetak dalam dua jilid dan kemudian dicetak menjadi satu jilid di Istambul Turki. Kamus ini juga dilengkapi dengan sekitar 600 buah gambar.
[29]  Pusat bahasa ini didirikan pada tahun 1932 M pada masa pemerintahan Raja Fuad I.
[30]Dr. Hazim Ali Kamaluddin, Dirasah fi ‘Ilm al-Ma’ajim, Kairo : Maktabah al-Adab, tt. Hal. 32 dan seterusnya.
[31]Dr. Hazim Ali Kamaluddin, Dirasah fi ‘Ilm al-Ma’ajim … hlm. 47, lihat pula Muhammad Husein Ali Yasin, Al-Dirasat al-Lughawiyah ‘indal al-Arab,,… hlm. 226.
[32]Dr. Riyadh Zaki Qasim, Al-Mu’jam al-Arabi, Buhuts fi al-Madah wa al-Manhaj wa al-Tathbiq, Bairut : Dar al-Ma’arif, tt, hlm. 111.  
[33]Prof. Dr. H.M. Matsna, MA. Orientasi Semantik al-Zamakhsyari, Kajian Makana Ayat-Ayat Kalam, Jakarta : Anglo Media, 2006. hlm. 14. Bandingkan pula pada Dr. Riyadh Zaki Qasim, Al-Mu’jam Al-Arabi…hlm 112.
[34]  Lihat  Husein Nashar, Al-Mu’jam al-‘Arabi, Nasy’atuhu wa tathawwuruhu. Kairo : 1968, jilid II.  jilid I. hlm.217-392.
[35]  Lihat Dr. Riyadh Zaki Qasim, Al-Mu’jam Al-Arabi,… hlm. 114.
[36]  Husein Nashar, Al-Mu’jam al-‘Arabi,. jilid II, … hlm. 464-477.
[37]  Lihat  Husein Nashar, Al-Mu’jam al-‘Arabi,., jilid II…. hlm. 484 dan sesudahnya..
[38]  Lihat  Riyadh Zaki Qosim, Al-Mu’jam Al-Arabi, …hlm. 119-120.
[39]  Dr. Husein Nashar, Al-Mu’jam al-‘Arabi,  Jilid II… hlm. 779.
[40]  Dr. Husein Nashar, Al-Mu’jam al-‘Arabi, jilid I….hlm. 35.
[41] ‘Adnan al-Khatib, Al-Mu’jam al-‘Arabi bain al-Madli wa al-Hadlir, Cairo : Ma’had al-Buhuts wa al-‘Arabiyyat, 1967. hlm. 37, Husein al-Nashshar, Al-Mu’jam al-‘Arabi, jilid I… hlm. 129 dan seterusnya.  
[42] Ahmad Mukhtar ‘Umar, Al-Bahs al-Lughawi ‘ind al-Arab, Kairo : Dar Mishr li al Thiba’at, 1968, 185-187.
[43] Prof. Dr. H.M. Matsna, MA. Orientasi Semantik al-Zamakhsyari, … hlm. 15.
[44]  Dr. Husein Nashar, Al-Mu’jam al-‘Arabi,… hlm. 779.
[45] KBBI, ed III, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hal. 499

[46]  الدكتور حامد صادق قتيبي, ( المعاجم و المصطلحات) مباحث فى المصطلحات و المعاجم و التعريب, الدار السعودية, جدة, 1287 ه / 2000 م, ص 250
[47]  Lihat Ahmad Mukhtar Umar, Al Bahts al Lughawy ‘nd al-‘Arab, ‘Alam al Kutub, Kairo, 1978, hal. 117-119
[48] Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta, Gramedia Pustaka Utam, cet VIII. Hal 44
[49] http:// ms.wikipedia.org/wiki/kamus
[50] ‘Athif Madkur, ‘ilm al-Lughah Baina al-Turats wa al-Mu’ashirah, (Kairo: Dar al-Tsaqafah li al-Nasyr wa al-Tauzi’, 1987), h. 81 - 84

Soal Olimpiade Bahasa Arab Tahun 2019

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa Internasional. Satu dari enam bahasa resmi yang digunakan dalam organisasi Perserikatan Bangsa-ba...